Laman

Sabtu, 06 Mei 2017

Tugas 3 Analisis Sumber dan Penggunaan Dana Kas & Analisis Perubahan Penghasilan dan Biaya (softskill)

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KAS
A.        Dana dalam Aliran Kas
Pengertian dana kas yaitu menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan kas selama periode yang bersangkutan. Penggunaan kas disusun untuk menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya.
Laporan perubahan kas dapat digunakan  untuk  menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada dan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau di masa yang akan datang.

Dalam menyusun sumber-sumber dan penggunaan dana di mana dana adalah dalam artian kas, langkah-langkah adalah sebagai berikut:
a)       Menyusun Laporan perubahan Neraca yang menggambarkan perubahan masing-masing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisa (bulanan atau tahunan) dan memisahkan elemen yang memperbesar kas dan elemen yang memperkecil kas.
b)      Mengelompokkan elemen-elemen dalam Laporan Rugi dan Laba atau laporan Laba ditahan ke dalam golongan yang memperbesar kas dan golongan yang memperkecil jumlah kas.
c)       Menyusun  laporan sumber dan penggunaan kas, dengan mengadakan  konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam Laporan sumber-sumber dan penggunaan dana.

B.        Sumber Kas
Kas merupakan ktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu  perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari :
a)       Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
b)      Penjualan atau adanya emisi saham maupun  adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c)       Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik,  atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
d)      Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
e)      Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
f)        Keuntungan dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan

C.        Penggunaan Kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:
a)       Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
b)      Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
c)       Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
d)      Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji,
e)      pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
f)        Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba  lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
g)       Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.

D.        Elemen - Elemen Sumber dan Penggunaan Kas
Dari laporan perubahan neraca dan laporan rugi  laba  elemen-elemen yang memperbesar kas disebut sumber-sumber dana adalah:
a)       Berkurangnya aktiva lancar selain kas
Berkurangnya barang (inventory) terjadi karena terjualnya barang tersebut dan hasil penjualan itu merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan.
Berkurangnya piutang berarti piutang telah dibayar dan penerimaan piutang merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan.
Berkurangnya surat-surat berharga (efek) berarti efek itu terjual dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana/ kas bagi perusahaan
b)      Berkurangnya aktiva tetap
Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti sebagian aktiva tetap harus dijual dan hasil penjualannya merupakan sumber dana Berkurangnya aktiva tetap neto  berarti adanya depresiasi dalam tahun yang bersangkutan
c)       Bertambahnya setiap jenis utang
Bertambahnya utang (utang  lancar, utang  jangka panjang) berarti terjadi penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan
d)      Bertambahnya modal
Bertambahnya modal disebabkan adanya emisi saham baru dan hasil penjualan saham baru tersebut merupakan sumber dana
e)      Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada tambahan dan bagi perusahaan yang bersangkutan.
Sedangkan elemen-elemen dari laporan perubahan neraca dan laporan rugi laba yang memperkecil kas adalah :
a)       Bertambahnya aktiva lancar selain kas
Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang dan pembelian barang membutuhkan dana. Dengan demikian, penambahan aktiva lancar merupakan penggunaan dana.
b)      Bertambahnya aktiva tetap
Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana
c)       Berkurangnya utang
Berkurangnya utang, baik utang  lancar maupun utang  jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur  utangnya. Pembayaran kembali utang  berarti penggunaan dana
d)      Berkurangnya modal
Berkurangnya modal dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan.
Berkurangnya modal berarti berkurangnya dana. Ini berarti bahwa penggunaan modal itu merupakan penggunaan dana.
e)      Pembayaran cash deviden
Pembayaran cash deviden merupakan penggunaan dana. Cash deviden dibayarkan dari keuntungan neto sesudah pajak
f)        Kerugian operasi perusahaan
Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat disertai dengan berkurangnya aktiva atau bertambahnya  utang. Sebenarnya bertambahnya utang merupakan sumber dana tetapi dengan adanya kerugian. Dengan demikian, maka adanya kerugian merupakan penggunaan dana.

ANALISIS PERUBAHAN PENGHASILAN DAN BIAYA
A.        Pengertian Analisis Perubahan Penghasilan Dan Biaya
Analisis pos-pos laporan laba rugi yang terperinci sangat penting karena keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung pada realisasi keuntungan. Analisis pos-pos laporan laba rugi untuk satu periode saja akan kurang berarti karena tren dari penghasilan, harga pokok penjualan, dan biaya tidak dapat ditentukan. Dari perbandingan pos-pos penting seperti total penjualan, harga pokok penjualan, laba bruto, biaya usaha, laba usaha, dan laba bersih selama dua periode atau lebih akan diperoleh gambaran tentang perubahanya. Apakah perubahan tersebut menguntungkan atau merugikan, faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan itu, memerlukan analisis lebih lanjut.
Dari hasil penjualan yang diperoleh sebagian akan digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha dan sisanya perubahan laba usaha. Apabila volume penjualan dicapai dengan biaya-biaya usaha yang bertambah besar, ini akan mengurangi laba usaha, dan akibatnya mungkin tidak diperoleh laba yang cukup untuk membayar beban bunga dan deviden (bagian keuntungan bagi pemegang saham). Kenaikan dalam volume penjualan belum tentu menguntungkan bagi perusahaan apabila kenaikan volume penjualan itu diikuti kenaikan biaya-biaya usaha yang cukup besar. Analisis perubahan akan mencakup studi tentang perubahan penjualan, perubahan laba bruto, dan perubahan laba bersih. Juga penting dipelajari adanya perubahan tingkat harga selama jangka waktu yang diamati. Dalam menganalisis penjualan, juga perlu di analisis adanya retur dan rabat penjualan yang harus dikurangi dari penjualan bruto. Banyaknya retur penjualan mungkin disebabkan oleh kurang hati-hatinya pada waktu pengepakan dan pengiriman barang pesanan langganan sehingga menyebabkan rusaknya atau cacatnya barang dan rendahnya kualitas barang.

B.        Rasio Harga Pokok Penjualan Dengan Penjualan Bersih Dan Rasio Laba Bruto Dengan Penjualan Bersih
Selesih antara penjualan bersih (unit penjualan kali harga jual) dengan harga pokok penjualan (unit penjualan kali unit cost) menunjukan laba bruto. Laba bruto digunakan untuk menutup biaya usaha dan biaya lain-lain, sisanya merupakan laba bersih atau rugi. Rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih, rasio ini mencerminkan persentase dari penjualan bersih yang diserap untuk ongkos barang jadi yang kemudian dijual. Rasio laba bruto dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi laba bruto dengan penjualan bersih, rasio ini dapat juga dihitung dengan mengurangkan rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dari angka 100%.

C.        Laporan Perubahan Laba Bruto
Dalam suatu perusahaan yang memproduksi dan menjual satu macam produk atau barang, laporan perubahan laba bruto menunjukkan pengaruh perubahan dalam volume penjualan, perubahan dalam harga jual, dan perubahan dalam harga pokok barang yang di produksi dan dijual. Dengan perkataan lain laporan tersebut menunjukan:
a)       Perubahan penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok penjualan per unit.
b)      Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok per unit.

D.        Hubungan Biaya Usaha Dengan Penjualan Netto
Antara biaya usaha dengan volume penjualan terdapat hubungan yang penting. Analisis masing-masing pos biaya usaha dalam hubungannya dengan volume penjualan bertujuan untuk mengetahui kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya sehubungan dengan perubahan volume penjualan. Apabila volume penjualan berubah biasanya beberapa biaya penjualan seperti biaya advertensi (biaya iklan) atau promosi penjualan, biaya penyimpanan, biaya pengiriman, biaya pengepakan, gaji dan komisi salesman, biaya telepon akan ikut berubah pula. Biaya umum dan administrasi cenderung tidak banyak berubah terutama apabila meningkatnya penjualan di sebabkan faktor kenaikan harga penjualan.
Rasio masing-masing biaya usaha (biaya penjualan, biaya umum, dan administrasi) dengan penjulan netto menunjukkan persentase dari penghasilan atau penjualan netto yang telah dipergunakan untuk menutup berbagai biaya usaha. Rasio semacam ini amat bermanfaat dalam pembandingan antarperusahaan sejenis atau pembandingan dari tahun ke tahun untuk perusahaan dengan penjualan netto.

Jumat, 07 April 2017

Latihan 2 Analisis Rasio Laporan Keuangan dan Contoh Kasus (softskill)

A.        Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah perbandingan matematis mengenai rekening yang ada dalam laporan keuangan dengan rekening lainnya yang juga ada dalam laporan keuangan untuk mendapatkan suatu informasi keuangan sehubungan dengan kepentingan manajemen dalam mengambil keputusan. Hasil dari analisis rasio keuangan berguna untuk membantu investor, kreditor, dan manajemen internal perusahaan dalam memahami kinerja perusahaan mereka serta sebagai dasar dalam melakukan perbaikan.
Rasio keuangan merupakan alat yang paling umum digunakan untuk menganalisis kondisi suatu bisnis. Rasio keuangan sangat mudah untuk dimengerti dan cara menghitungnya juga sederhana. Rasio keuangan dapat digunakan dalam perusahaan besar maupun kecil karena rasio keuangan hanyalah sebuah perbandingan matematis, yang memberikan perhitungan baku mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan memungkinkan kita untuk membandingkan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam dunia industri, baik perusahaan dengan skala besar ataupun kecil, Rasio keuangan juga memberikan kesempatan kepada kita untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.


B.        Tujuan & Manfaat Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan terutama bertujuan untuk mendapat gambaran tentang baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut manajemen akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Informasi tersebut dapat membantu manajer dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahan selain itu manajer dapat membuat keputusan-keputusan penting di masa yang akan datang.
Analisis rasio keuangan tidak hanya penting bagi pihak manajemen tetapi penting juga bagi pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak ekstern, analisis rasio keuangan penting untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan. Dengan mengetahui perkembangan keuangan perusahaan tersebut mereka dapat memutuskan apakah akan tetap menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau tidak.
Manfaat dari analisis rasio keuangan adalah dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan angka rasio keuangan dengan standar yang ditetapkan maka akan diperoleh manfaat lain yaitu dapat diketahui apakah dalam aspek keuangan tertentu perusahaan berada di atas standar atau di bawah standar. Apabila perusahaan berada di bawah standar, maka manajemen akan mencari faktor-faktor yang menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan keuangan untuk dapat menaikkan rasio perusahaannya kembali.

C.       Macam-Macam Rasio dan Metode Perhitungan Rasio
Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu:
1.        Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
2.        Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3.        Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya.
4.        Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi (2008:8), mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan dengan variasinya:
1.        Setiap peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.
2.        Tidak ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.
3.        Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas.
1.        Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.         Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                                  Aset Lancar
               Current Ratio =  ------------------------ 
                                              Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.
b.        Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                 Aset Lancar - Persediaan
      Quick Ratio = -----------------------------------
                                       Kewajiban Lancar

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaannya lebih likuid dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.

2.        Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.         Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                         Total Kewajiban
Debt Ratio = -------------------------
                              Total Aset

Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi (2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
b.        Time Interest Earned
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


                                                  EBIT
Time Interest Earned = ------------------------
                                            Beban Bunga

Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi (2011:63), semakin tinggi rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode tertentu.

3.        Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.         Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                      Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover = --------------------------------
                                         Rata-rata persediaan

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal. Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
b.        Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)
Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                                               Piutang
Day’s Sales Outstanding = ----------------------------------
                                                     Penjualan / 360 hari

Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari penjualan. Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
c.         Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                             Penjualan
Total Asset Turnover = ------------------------
                                             Total Aset

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.

4.        Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.         Margin Keuntungan (Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                            Laba Bersih
Profit Margin = ------------------
                              Penjualan

Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
b.        Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                     Laba Bersih
Return On Assets = ----------------------
                                        Total Aset

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba.



c.         Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

                                    Laba Bersih
Return On Equity = --------------------
                                         Ekuitas

Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.

5.        Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.
Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.
Persamaan Du Pont (Du Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):  

                           ROA = Profit Margin x Total Assets Turnover

                                           Laba Bersih              Penjualan
                           ROA =  -------------------   x   ------------------
                                            Penjualan                Total Aset

                                           Laba Bersih
                           ROA =  -------------------
                                           Total Aset

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return). Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan (Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.
Menurut Munawir (2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:
a.         Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
b.        Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
c.         Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.
d.        Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
e.         Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Menurut Munawir (2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah:
a.         ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
b.        Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya).
c.         Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

6.        Analisis Perbandingan
Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
Menurut Kasmir (2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan keuangan dapat dilakukan melalui:
a.       Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun 1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.
b.      Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
c.       Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan lain-lain.
d.      Perbandingan dengan budget (anggaran).
e.       Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.

D.           Contoh Kasus




Berikut ini perhitungan Rasio Likuditas (tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi dan likuiditas menunjukan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendek yang dimiliki)

1.      Current Ratio ( Rasio Lancar )
total aktiva lancar   =   3.929.664    =  4,1
total hutang lancar         959.808
Ini berarti bahwa kemampuan PT. Timah, tbk untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, untuk tahun 2012 adalah setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Aktiva lancar Rp.4,1

2.      Cash Ratio ( Rasio Lambat)
kas + efek          =   670.411 + 251.651       =   0,96 = 96%
hutang lancar                   959.808
Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50 % maka keadaan perusahaanlebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal.

3.      Quick Ratio ( Rasio  Cepat atau  Rasio Sangat Lancar)
Aktiva Lancar – Persediaan = 3.929.664 - 1.617.389  =   2,4 kali
Hutang Lancar                                      959.808
Jika rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1.5 kali, maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.

Demikianlah penjelasan tentang  rasio likuiditas pada  PT. Timah, Tbk dan hasilnya posisi keuangan  PT.Timah,Tbk pada tahun 2012  merupakan salah satu perusahaan yang  likuid.